Ketika aku tidak lagi penting bagimu, maka malam ini ku habiskan dengan tangis.
Menikmati malam yang pekat bersama sebatang lilin kecil.
Sepanjang hampir setahun ini aku mempertahankan kamu, kita memang sedang bersama namun kita tidak bersatu.
Entah pada siapa harus ku luapkan rasa kecewa, ketika cinta tak mendapat penghargaan.
Aku tidak sepenting mereka yang menemanimu berkicau ria di media sosial.
Aku cukup mendengar beberapa cerita tentang itu.
Aku memperhatikanmu dengan caraku sendiri.
Kamu begitu bahagia bersama mereka yang entah siapa?
Sejak saat itu, aku tahu...
Aku tidak harus memaksamu memberi kabar, tidak memaksamu mengangkat telepon dan membalas setiap pesan singkatku.
Sengaja menjauh dari setiap media sosialmu adalah cara menciutkan cemburu dan perih yang memberontak, ketika kau lebih banyak menghabiskan waktumu dengan yang lain.
Bukan... Bukan aku membatasimu.
Aku hanyalah seorang jelek yang pandai bersandiwara.
Sandiwara yang ku buat telah membuatmu jauh dariku, bahkan mungkin takkan kembali.
Aku yang membuatmu begitu? Menelaah setiap sudut hati yang perih sendiri tanpa kamu...
Namun tahukah kamu, aku telah berusaha dan berjuang membangun diriku yang baru. Meski kamu tidak akan percaya ini, biarkan saja waktu yang menyingkapnya.
Aku tak lagi memintamu untuk berjalan beriring dengan ku, mengandeng tanganku dan menatapku.
Sebab aku tahu, jika kamu cinta maka tak perlu aku meminta...
Rasanya tak adil jika hanya aku yang berjuang; Jika cinta, apakah akan kau biarkan aku pergi?
Kini, menjelang masamu yang baru; aku mungkin bukan satu-satunya yang kau nanti. Ucapan "selamat" ku pun apakah masih akan bermakna untukmu?
Tenang saja...
Aku tak bisa menuntut apapun darimu, aku hanya bisa mencintaimu dalam diam.
Aku tak akan mengusikmu, sebab aku lebih memilih merindukan kamu dalam sepi. Serta bertahan tanpa perlu memberitahukan kamu.
Selamat bersenang-senang wanita yang aku perjuangkan mati-matian,
Lupakan aku yang terluka karena sikapmu.
Mungkin memang begitu caramu mencintai?
Kamu tahu, bagiku mencintaimu tak pernah salah. Yang salah adalah perlakuan terhadap hati yang terlalu tulus mencintaimu.
Selamat mencari, aku tak akan memaksamu untuk berhenti.
Temukanlah yang terbaik!
Selamat memilih...
Aku akan tetap disini, menunggu dalam diam bahkan ketika kamu tidak akan kembali.
Aku hanya mampu
mencekik rindu dan membuang ego.
Berkelanalah...
Bukan... Bukan aku tak sayang.
Namun aku percaya, jika cinta kau tak akan meninggalkan aku sendiri.
Maka kini ku lepaskan kamu, terbanglah kemana kau mau. Mungkin aku tak baik bagimu.
Pergilah jika memang itu yang kamu mau, aku akan baik-baik saja disini.
Terluka... Sungguh wajar, namun melihat kau tersenyum lepas dan bahagia itu cukup.
Tetaplah begitu, aku tidak akan mengganggumu...
Maaf untuk aku yang juga tak bisa membahagiakan mu.
Bersenanglah...
Aku berhenti mengejarmu.
Cintai aku jika hati mu mampu.
Selamat tinggal wanitaku.
Pulanglah; sebab aku rumah yang tak akan menutup pintu untuk menerima kamu.
Selamat tinggal wanita yang ku banggakan.
Kelak kau akan tahu; kemana seharusnya kau berlabuh.
Tak perlu aku berebut menjadi yang pertama mengucapkan selamat padamu. Namun kau tahu? Aku lah yang pertama berlutut dan menaikan doaku pada Tuhan
Malam ini, sembari menikmati malam tanpa bintang dan ruang tamu yang sepi berteman cahaya lilin; aku mencoba merangkai kembali hati yang kau patahkan.
Selamat malam kamu,
Selamat ulang tahun...
Bahagia selalu...
Tertanda;
Kekasih yang tak kau anggap, cinta yang terabaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar